Jumat, 11 Februari 2011

TIK Bagian Integral dari Pembelajaran

Jumat, 01 Oktober 2010 12:48 

Bogor - 30 September 2010 bertempat di hotel mirah bogor, dilakukan pembukaan acara rakor koordinasi pustekkom dengan dinas pendidikan provinsi seluruh indonesia yang bertema  “Melalui rakor 2010 kita tingkatkan Pendayagunaan TIK pendidikan sebagai Tulangpunggung Layanan pendidikan”. Acara dihadiri oleh kepala dinas provinsi, kepala UPTD  balai tekkom provinsi dan pejabat UPT pustekkom.
Pembukaan dilakukan oleh kapustekkom Ir.Lilik Gani H.A, M.Sc,Ph.d  yang dihadiri juga oleh staf khusus Mendiknas Prof Abdullah Alkaf. Dalam sambutan beliau menyampaikan bahwa TIK tidak dapat berjalan sendiri harus melalui sebuah sistem, dan hal yang diperlukan antara lain : infrastruktur, SDM, konten dan kebijakan. Pengertian bahwa pembelajaran berbasis TIK tidak selalu membutuhkan internet,  hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan konten2 berbasis TIK di sekolah.

Pada kesempatan yang sama Kapustekkom juga menyampaikan beberapa pesan dari sekertariat jendral kemdiknas mengenai pengembangan metode pembelajaran yang diberi nama “change classroom”. dan meyakinkan bahwa Tidak ada keraguan bahwa TIK bagian integral dalam pembelajaran. Kami berharap dari Dinas untuk mensuport dan menggalakkan TIK untuk pembelajaran.
Staff khusus Mendiknas Prof Abdullah Alkaff turut memberikan masukan bahwa TIK sangat diperlukan untuk pendidikan yang lebih baik. Reformasi birokrasi didasarkan untuk memanfaatkan teknologi sebagai satu bekal untuk layanan kementerian. Layanan pendidikan bisa diakses kapan saja dan dimana saja TIK fundamental dibagi menjadi 3:
  1. Sebagai alat untuk mengolah data dan pengalaman semua orang yang dapat dimanfaatkan semua orang
  2. Untuk meningkatkan produktifitas. Terkait dengan efisiensi dan efektifitas. Dengan input sedikit menghasilkan output sebanyak mungkin. dengan TIK waktu lebih singkat.
  3. Sinergi. TIK memungkinkan untuk entity, dapat dihubungkan antar titik-titik yang diperlukan
 http://jardiknas.kemdiknas.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1589:tik-bagian-integral-dari-pembelajaran&catid=89:berita-pustekkom&Itemid=459

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF KREATIF


I.          PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah:
1.        Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.        Menyajikan materi sebagai pengantar
3.        Guru menunjukkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4.        Guru menunjuk siswa secara bergantian mengurutkan gambar menjadi urutan logis
5.        Guru menanyakan dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6.        Dari alasan urutan gambar guru memulai menanamkan konsep sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.        Kesimpulan/rangkuman

II.  MIND MAPPING
Langkah-langkah:
1.        Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.        Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa
3.        Membentuk kelompok
4.        Setiap kelompok menginventarisasi alternatif jawaban hasil diskusi
5.        Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis serta mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6.        Data data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

III. MAKE- A MATCH
Langkah-langkah:
1.        Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang sesuai untuk sesi riviu, sebaliknya satu kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.        Setiap siswa mendapat satu lembar kartu
3.        Setiap siswa memikirkan jawaban/soal kartu yang dipegang
4.        Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal-jawaban)
5.        Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.        Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.        Demikian seterusnya
8.        Kesimpulan/penutup

IV. SNOWBALL THROWING\
Langkah-langkah:
1.        Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2.        Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil wakil kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3.        Wakil kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
4.        Masing-masing siswa diberikan satu le4mbar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh guru
5.        Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari siswa ke siswa yang lain
6.        Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan tertulis dalam bola kertas secara bergantian
7.        Penutup

V.  COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah:
1.        Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.        Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.        Memberi kesempatan bertanya kepada siswa
4.        Siswa menyiapkan sebuah kotak dan beberapa lembar kertas kertas yang sudah diberi nomor-nomor
5.        Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawaban di kertas-kertas tersebut sesuai nomor yang disebutkan oleh guru dan langsung didiskusikan, jika benar diberi tanda (V) dan jika salah diisi tanda (X)
6.        Siswa yang sudah mendapat tanda V harus berteriak horay… atau yel-yel lainnya
7.        Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay
8.        Penutup

VI.COOPERATIF INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Langkah-langkah:
1.        Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang heterogen
2.        Guru memberikan wacana/kliping sesuai topik pembelajaran
3.        Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana kliping dan ditulis pada selembar kertas
4.        Mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok
5.        Guru membuat kesimpulan bersama
6.        Penutup

VII.BERPIKIR-BERPASANGAN-BERBAGI (THINK-PHARE-SHARE ) TPS
TPS dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.

Tahap 1    :    Thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan jawabannya sendiri.
Tahap 2     :    Pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.
Tahap 3    :    Sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.

VIII.   PENOMORAN-BERPIKIR-BERSAMA (NUMBERED-HEAD-TOGETHER) NHT
Struktur empat langkah NHT
Tahap 1   :    Penomoran, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok diberi nomor.
Tahap 2    :    Mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.
Tahap 3    :    Berpikir bersama, siswa berdisksusi tentang jawaban pertanyaan.
Tahap 4   :    Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu. Siswa nomornya sesuai dapat menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF

Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif

Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir

Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.

Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama

Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami

Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi

Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.

Rekening Bank Emosional

Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.

Paradigma

Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.
 
Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits